Baik dan Benar(?)

sudah kembali ke ladang sendiri. yang katanya tak tampak lebih hijau jika dibandingkan ladang tetangga. aktivitas sendiri itu memang terlihat tidak masuk akal, tidak menarik, dan cenderung monoton. diri sendiri pun merasa monoton, tak banyak berubah meski sudah sekian tahun kuliah.

ah, macam apa aku ini. jika begitu saja KO.

pada waktunya, aku cukup tidak suka dengan apa yang disebut aktivitas. apalagi membungkus segala hal aktivitas atas nama dakwah. dakwah yang mana? bagian mana? seperti apa?

rasanya, mendengar kata ‘dakwah’ itu pun terasa begitu berat dilakukan. padahal dulu, sering dianggap aktivitas harian yang ringan. mungkin karena akal ini sudah termakan dalam perbincangan idealisme, perbincangan pemaknaan, sehingga berat betul rasanya untuk berdakwah. bukan karena malas melainkan berat atas konsekuensi yang ditanggungnya.

apakah setiap orang pada akhirnya membawa nilai kebaikan yang benar? apakah setiap orang pun dapat membawa nilai kebenaran yang baik? kenapa ada kata baik dan benar? guruku pernah berkata, baik dan benar, kenapa baik dulu baru benar? karena yang penting, cara yang baik itu yang diutamakan. benar tapi tidak baik, bagaimana bisa diterima?

rasanya kepala ini makin pening dengan keadaan. kampus yang sok tahu, fakultas yang sok toleran, skripsi yang tak kunjung berjodoh dengan judul dan pembimbing. sudah lah. aku ingin tidur saja. berkali-kali merutuki, tapi tak ada hasil. berkali-kali usaha pun tetap tak ada hasil. jadi bagaimana baiknya?