Learning Goals Vs Performance Goals

Tiba-tiba saya terpikir satu hal mengenai kuliah bimbingan pendidikan, yang tadi pagi baru di-UAS-kan…. Kali ini mengenai goals (tujuan / sasaran). .

umumnya, ketika seseorang melakukan sesuatu, akan ada tujuan atau sasaran yang ingin mereka dapatkan. baik itu tujuan yang sifatnya sederhana hingga tujuan yang sifatnya kompleks. misalnya ketika ibu pergi ke pasar, tujuannya untuk membeli sayuran atau kebutuhan rumah tangga lain. ketika saya belajar, saya ingin mengetahui lebih dalam tentang materi / bahan ajar yang saya pelajari. ketika seseorang membaca buku geografi, mungkin ia ingin mengetahui letak geografis dan posisi strategis Indonesia. Ya, seseorang perlu tujuan untuk mengarahkan pola tindakan yang akan digunakan demi mencapai tujuannya tersebut.

kita tentu pernah mendengar istilah goal setting, bukan? goal setting menurut Locke dan Latham (dalam Woolfolk, 1998) mendefinisikannya sebagai penetapan apa yang hendak dicapai seseorang. keduanya juga mengemukakan 4 alasan mengapa goal setting dapat memperbaiki performance (unjuk kerja) seseorang:

1. Goals mengarahkan perhatian individu terhadap tugas yang dihadapi. dengan adanya tujuan, seseorang akn lebih terarah dan fokus dengan tujuannya. sehingga apa-apa yang dilakukan, tentu dalam rangka mencapai tujuan tersebut. hal ini akan membuat seseorang beraktivitas secara lebih bermakna. misalnya tujuannya membuat artikel dalam 2 hari. maka seseorang akan lebih fokus dalam dua hari ke depan untuk membuat artikelnya.

2. Goals menggerakan usaha. ketika tujuan sudah ditetapkan dan mendapat hambatan, seseorang akan berusaha untuk bisa melalui hambatan tersebut. misalnya membuat artikel dalam 2 hari ke depan ternyata sulit menemukan topik yang menarik. maka ia akan berusaha mencari informasi maupun hal-hal lain yang bisa menjadi inspirasi topik yang dianggap menarik baginya.

3. Goals meningkatkan ketahanan kerja. setelah seseorang berkonsentrasi dan fokus pada tujuannya, lalu ia berusaha mewujudkan tujuannya, ia juga akan menanggalkan urusan lain yang tidak berhubungan dengan tujuan awalnya. misalnya dalam proses pengerjaan artikel 2 hari tersebut. di hari pertama, ada yang mengajaknya menonton. karena seseorang itu punya tujuan jelas, ia akan menolak secara asertif orang yang mengajaknya menonton tersebut. ia akan berusaha fokus pada tujuannya hingga tercapai.

4. Goals meningkatkan strategi baru. ketika seseorang gagal menggunakan strategi awalnya dalam mencapai tujuan, ia akan mencari cara / strategi lain untuk mencapai tujuannya tersebut. dengan demikian, berarti tujuan bisa mengokohkan tekad seseorang dan melakukan berbagai kreatifitas berpikir, termasuk dalam mencari strategi-strategi cemerlang yang bisa dilakukannya.

Tujuan seseorang dapat mempengaruhi perilaku dan proses yang dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut. contoh kecil, misalnya si A dan  si B belajar dalam menghadapi UAS. keduanya sama-sama belajar. namun tujuan mereka berbeda. si A belajar karena ingin benar-benar mengerti tentang materi yang akan diujikan. sedangkan si B belajar demi mendapat nilai yang baik. terkadang, dalam prkatiknya, akan ada perbedaan proses (meskipun sedikit) yang dilakukan keduanya.

karena si A ingin benar-benar memahami bahan ajarnya, ia berusaha keras dan mencari dari berbagai literatur tentang materi tersebut. jika tidak bisa mengerjakan soal ujian, ia justru akan mencari tahu lebih banyak tentang materi tersebut dan tidak mencontek. sedangkan B hanya mempelajari materi dosen, karena ia pikir, materi dosen sudah cukup bisa membuatnya mendapat nilai baik. mencontek pun kadang dilakukannya jika tidak bisa mengerjakan ujian demi nilai akhir yang bagus.

tindakan A bisa dikatakn sebagai jenis learning goals sedangkan tindakan B bisa disebut performance goals. learning goals membuat seseorang tertantang untuk benar-benar memahami sesuatu yang belum diketahuinya sehingga ia akan belajar serta mencari tahu dengan sungguh-sungguh. sedangkan performance goals adalah intensi individu untuk menampilkan penampilan yang baik atau menghindari penilaian buruk dari orang lain.

biasanya, orang-orang yang memiliki performance goals akan disibukkan dengan diri mereka sendiri dan memiliki perilaku sebagai berikut (Stipek, dalam Woolfolk, 1998)

1. menggunakan langkah potong kompas dalam menyelesaikan tugas

2. bersungguh-sungguh / kerja keras jika tugas tersebut diberi nilai.

3. mencari perhatian agar tampil bagus

4. membandingkan nilainya dengan teman-teman

5. merasa nyaman dengan tugas yang tidak memilki kriteria penilaian yang jelas

6. berlaku curang atau menyalin ‘tulisan’ teman

7. kecewa dengan nilai rendah yang diperoleh

8. memilih tugas yang cenderung memberi evaluasi positif.

nah, mana jenis goals yang Anda rasa lebih menguntungkan? jenis goals mana yang selama ini Anda gunakan? nyamankah Anda dengan jenis goals yang Anda gunakan selama ini? jawabannya tergantung pada Anda. namun saya sarankan untuk menggunakan jenis learning goals. bagi saya, itu akan memberi rasa nyaman dalam diri. karena saya lebih jujur kepada diri saya tentang kemampuan diri saya sesungguhnya dan  saya benar-benar mengerti seperti apa kualitas diri saya. sudah baik/ belum, sudah bisa melakukan ini/ belum. sampai dimana kemampuan saya. dan sebagainya… 🙂 temukan kejujuran dan kenyamanan dalam diri…

sumber: Sukses Belajar di Perguruan Tinggi. editor: Evita E.Singgih-Salim dan Soetarlinah Sukadji. 2006. Jogjakarta : Panduan