“Kuat, Tin!”

“Kuat, TIn. Kuat! Tangguh, Tin! Tangguh!”

Agaknya kalimat ini cukup efektif untuk memompa semangat saya kembali. menjadi saya yang tegar, kuat, tangguh, tidak cengeng, dan tentunya keep moving forward atas apapun yang terjadi. Biarkan banyak orang yang menertawakan. Biarkan ia berulah apapun. Tapi, tak akan ada air mata yang menetes karenanya. Aku jamin itu.

Lifeplan akan tetap berganti. Dengan atau tanpanya. Karena ia ataupun karena waktu. Ketika ia pergi, lifeplan pun akan berganti menjadi lebih baik, mestinya. Maka, lifeplan saya pun berganti setelah kepergiannya karena keadaan sebagai konsekuensi yang ditimbulkan.


jika cinta adalah sebuah kata kerja, ia akan terus berucap dan berbagi. tidak akan habis karena waktu yang mengusang. bahkan karena kondisi kematian. tapi cinta pun kata sifat yang bisa menyakiti. atau mungkin kata benda yang hanya memberi keterangan atas sebuah rasa. cinta apakah bisa keliru? Ya, ketika jatuh pada yang tak semestinya. tapi benarkah cinta akan bisa disalahkan? bukankah daun yang jatuh tak pernah menyalahkan angin?

Apakah Aku (Benar-Benar) Menolong Agama Ini?

Kali ini saya ingin berbagi tentang salah satu hal yang membuat saya kembali mengintrospeksi diri. Allah berjanji bahwa siapa yang menolong agama Allah, maka Ia pun akan menolongnya. Kurang lebih dua tahun saya lewati dalam organisasi dan hiruk pikuk aktivitas yang katanya bernama dakwah. Mengapa katanya? 

Setiap manusia itu tempatnya salah dan dosa. Manusia itu hanya bisa berusaha karena Allah-lah Hakim Yang Maha Adil, Yang Maha Benar, dan Ia Yang Paling Baik Memberi Keputusan. Manusia penuh keterbatasan dalam segala hal termasuk akal, fisik, pengetahuan akan masa depan, hidup serta mati, termasuk dalam hal baik dan buruk. Sehingga ia belum tentu paham apakah yang dilakukan di dunia ini sudah baik atau buruk, apakah sudah benar menafsirkan perintah Allah itu -dalam hal ini adalah berdakwah. Tapi sekali lagi, manusia wajib berusaha.

Refleksi bagi saya adalah, benarkah saya telah menolong agama Allah sehingga Ia menolong saya? Apakah selama ini saya telah beraktivitas dalam kebaikan yang diridhoi-Nya? Tidak ada yang bisa menjamin, termasuk diri saya sendiri. Oleh karenanya, saya mencoba berpikir lebih ringkas, lebih realistis, lebih fokus, dan lebih mendalami dengan berilmu. Agar orientasi ini tak bercabang. Agar tujuan ini tak bergeser dari awal. Agar langkah ini tetap kokoh, lurus, tak berkelok.

Allah, aku berlindung kepada-Mu atas kejahatan, perbuatan keji, dan mungkar. Selamatkanlah imanku, Ya Rabb…

De Javu (Mungkin)

Gerimis pagi ini menyapa tiba-tiba. Memang ramah karena mendung mendahuluinya. Apel pagi setiap senin kali ini dihiasi mendung dan hawa asri, yang tentu menjadi keuntungan bagiku karena tidak kegerahan. Aku masih berdiri ketika amanat pembina apel dimulai. Tepat setelah bait pertama pembuka sang pembina, gerimis itulah mulai turun.

Rintiknya bagai salju. Namun lebih tipis dan semakin lama, semakin deras membasahi kerudung putihku. Di depan mataku, gerimis seolah mengajakku pada lamunan masa lalu. De javu. Seolah kenangan itu hadir kembali. Konteksnya mirip; lapangan, apel, dan gerimis. Bedanya adalah seragam yang kukenakan, institusi yang melarbelakangiku, hari, bulan, dan tahun peristiwa.

Teringat pada beberapa  tahun silam (4-5 tahun yang lalu) dalam apel sore latihan rutin Pramuka. Gerimis. Saat itu, tanganku masih menyilang di belakang, amanat dari kakak tingkat, seragam berwarna cokelat, barisan yang teratur, dan tentunya gerimis yang datang tiba-tiba. Namun. kami (pasukan dalam barisan) tetap diam tak bergeming. Alih-alih menunggu perintah pemimpin pasukan untuk berteduh atau tetap diam di tempat karena tidak ada perintah lanjutan.   

Peristiwa yang sudah lama. Rutinitas latihan Pramuka setiap sore yang mungkin bila diibaratkan sebuah buku, sudah menjadi buku yang usang berdebu pula. Gerimis ini, tak hanya membasahi kainku, tapi kenangan yang lalu. Sehingga ia kembali mengembun, mengharubirukan suasana hatiku. Mungkin karena ada rindu itu.

Di hati tlah tertanam cinta
rela berkorban jiwa raga
bagi kehormatan dan cita
tegakkan kejayaan bangsa

meski jiwa gugur sebagai penebus
tak akan goyahkan hati
tlah bulat tekad untuk berbakti
mengemban misi bersih suci

tanpa harap balasan jasa
hanya ridho Allah semata
PPSDMS berjuang
Demi Indonesia mulia

Hymne PPSDMS ini dinyanyikan setelah amant pembina apel dalam ceremonial institusi kami. Saya katakan, lagu ini turut mengiringi kenangan dalam lamunan tadi. Suasana melankolis ini mirip dengan suasana saat Pramuka pun menyanyikan lagu hymne-nya.

Kami Pramuka Indonesia
Manusia Pancasila
Satyaku kudharmakan, dharmaku kubaktikan
agar jaya, Indonesia, Indonesia
tanah air ku
Kami jadi pandumu.

Apel pagi PPSDMS dan apel sore latihan rutin Pramuka. De javu, ataukah aku yang sedang rindu.

Depok, 14 Januari 2013

 

Pindah Kamar

Salah satu program 6 bulan sekali asrama PPSDMS adalah pindah kamar. Saya menghuni kamar 7 di 6 bulan kemarin bersama Auni, Adia, dan Erin. Kami begitu kompak dan berhasil membuat kamar 7 sebagai kamar peradaban. Ada diskusi, tukar informasi, membaca, menulis, tempat makan bersama, tempat konsultasi dan pengaduan penghuni kamar lain, serta berbagai pengalaman menarik lainnnya. Sangking berisiknya setiap hari, supervisor bingung kepada kami, apa yang sebenarnya terjadi din kamar 7. hehee

Hari ini, saya harus pindah kamar ke kamar 1. Tentu dengan formasi penghuni yang berbeda pula. Hilda dan Riri yang kini akan menemani saya selama 6 bulan terakhir. Tidak ada kamar mandi dalam sebagaimana kamar 7. Tidak juga ruangan kamar yang begitu luas sebagaimana sebelumnya di kamar 7. Saya khawatir tidak ada diskusi lagi, sebenarnya. Tidak ada konspirasi, strategi, dan berbagai obrolan usil lainnya. haha.

Bila teman yang lain, mungkin banyak memindahkan pakaian dan barang-barang sehari-hari. Tapi saya bersyukur, buku saya sudah memenuhi almari pakaian saya, 5 kotak kardus yang saya bawa. Beruntung, sisa buku lain dapat ditampung di garasi samping. Buku. Buku. Buku. Crazy with itu.

Apapun itu, semoga akan menyenangkan 6 bulan selanjutnya di asrama PPSDMS atau mungkin saya segera pindah ke rumah lain dengan beasiswa lain. hehehee

BCA Bank 55th Anniversary

Iklan bank BCA ini diterbitkan pada bulan April 2012 sebagai peringatan ulang tahun ke-55 Bank BCA. Dalam iklannya, bank BCA menggunakan visualisasi yang menggambarkan perjalanan panjang bank BCA sejak berdiri hingga kini. Pada permulaan tayangan, iklan ini menampilkan seorang pemuda di tahun 1957 keluar dari bank lalu membeli sebuah vespa tua. Lalu muncul lagi pada tahun 1970, orang yang sama dengan penampilan lebih dewasa memarkirkan motor Honda CB 100 Gelatik di depan toko elektronik yang baru buka kemudian menghampiri seorang anak laki-laki untuk menyalakan petasan bersama. Tahun 1979 muncul orang yang sama dengan tampilan lebih tua memberikan BCA card pada pihak rumah sakit, tempat kelahiran cucu perempuannya. Kemudian pada tahun 1980 orang yang sama, digambarkan berpenampilan seperti kakek tua didampingi seorang anak perempuan sedang memakai mesin ATM. Pada tahun 2002, seorang remaja perempuan muncul dan masuk ke rumah baru. Lalu, tayangan diakhiri dengan munculnya seorang laki-laki dewasa, seorang laki-laki tua, dan seorang remaja perempuan pada tahun 2012.

Ilustrasi ini menarik dibahas karena produk ini adalah bank swasta pertama dan terbesar yangsudah dikenal oleh kebanyakan orang Indonesia.Salah satu nasabah, Wagimin, mengatakan bahwa BCA memberikan layanan yang cukup baik dan cukup memuaskan selama 4 tahun ia menjadi nasabah. Namun, dalam diakui pula bahwa biaya administrasi transaksi dinilai lebih besar dari bank lain dan pelayanan ruangan yang mengantri dinilai masih belum nyaman.Dalam rangka ulang tahun ke-55, produk ini dikemas dengan tema nostalgia. Melalui konsep iklan ini, produsenseolah ingin mengajak konsumen menengok kembali perjalanan bank BCA yang telah lama mendampingi konsumen selama 55 tahun. Bank BCA mencoba menggali kembali ingatan serta pengalaman konsumen dengan bernostalgia pada produk BCA dan mewujudkan BCA yang senantiasa berada di sisi nasabah sepanjang masa. Dalam esai ini akan dibahas apa itu nostalgia product, mengapa konsep nostalgia dapat menjadi alternatif dalam menawarkan produk kepada konsumen, dan bagaimana penerapan konsep nostalgia pada iklan produk yang bersangkutan.

Nostalgia dapat didefinisikan sebagai sebuah kerinduan sentimental untuk pengalaman, produk, atau jasa dari masa lalu (Baker & Kennedy,1994 dalam Gharbi, 2011). Hal senada diungkapkan Holbrook dan Schindler (1991, dalam Gharbi, 2011) yang mendefinisikan nostalgia sebagai keadaan emosional di mana seseorang merindukan sesuatu yang diidealkan pada periode waktu yang lalu.Berdasarkan definisi ini, produk nostalgia adalah produk yang biasanya menggali ingatan konsumen mengenai sejarahsuatu produk atau kenangan pribadi konsumen terhadap konsumen tersebut.Produk yang diciptakan dapat mengingatkan konsumen pada masa lampau dengan memperhatikan aspek meaning dan memories.

Fungsi penting dari nostalgia adalah menghubungkan konsumen pada masa lalu dan masa kininya dengan memberikan pandangan positif bagi masa lalu dan membantu memberikan makna lebih dalam bagi kehidupannya.Studi terdahulu menunjukkan bahwa nostalgia signifikan mempengaruhi berbagai tanggapan konsumen termasuk kognisi, sikap dan niat beli. Temuan ini menjadi penting dalam pemasaran agar selanjutnya produsen dapat membangun bentuk respon konsumen yang diinginkan (Marchegiani & Paul, 2011). Oleh karenanya, konsep nostalgia dapat menjadi alternatif dalam menawarkan produk kepada konsumen.

Fakta di pasaranmengenai nostalgia adalah munculnya iklan yang memanfaatkan hubungan merek dengan pengalaman masa kecil konsumen (personal nostalgia) maupun kalangan muda yang menggunakan barang-barang bernuansa “retro” (historical nostalgia).Personal nostalgia contohnya adalah memanfaatkan kenangan otobiografi konsumen untuk digunakan sebagai iklan.Sedangkan historical nostalgia dapat dilihat dalam industri fashion, film, maupun barang-barang bernuansa sejarah yang digunakan pemuda masa kini padahal mereka tidak mengalami produk bersejarah tersebut.(Tulving, 1972, dalam Marchegiani, 2011).

Berdasarkan dua hal ini, konsep nostalgia dapat diterapkan pada produk dengan membawa konsumen pada masa lalunya seolah konsumen merasakan sendiri kisah bersama produk tersebut. Sedangkan cara lain adalah dengan membawa konsumen pada nuansa produk yang bersejarah. Perbedaan kedua cara ini adalahcara penyampaian kepada konsumen. Apakah konsumen dibawa agar seolah merasakan pengalaman sendiri secara personal menggunakan produk(personal nostalgia) ataukahkonsumen hanya menggunakan dan merasakan produk yang ‘bernuansa jadul’ (jaman dulu) karena konsumen hidup di masa kini bukan masa lampau.

Dalam iklan BCA edisi 55th Anniversary, bank BCA menggunakan cara personal nostalgiakarena iklan ini mampu mengajak konsumen menengok kembali dan menggali ingatan serta pengalaman konsumen padabank BCA selama 55 tahunberdiri. Bank BCA mencoba mengambil sisi personal konsumen dengan menampilkan gambaran yang seolah sedang menceritakan kisah seorang nasabah setia bank BCA. Ibu Mutia menjadi nasabahsejak 2002 hingga kini, menilai iklan tersebut cukup bagus dalam menggambarkan perjalanan bank BCA. Namun, ia tidak sampai terpengaruh atau terhanyut pada konten iklan yang ditayangkan.

 

 

Referensi
Gharbi, A. dan Lefi, L. (2011). Nostalgia and brand attachment: theoretical framework and application in the case of a Tunisian advertising. Journal of Business Studies Quarterly, 3, (1), 187-200
Marchegiani,C. danPhaul,I. (2011).The value of historical nostalgia for marketing management. Marketing Intelligence & Planning ,29 (2), 108-122. Diunduh dari http://www.emeraldinsight.com/0263-4503.htm
http://dir.groups.yahoo.com/group/Honda-CB-Indonesia/message/26424/diunduhpadatanggal 11 Desember 2012 jam 14.30
http://www.tempo.co/beritaBCA/190/Rekor-Dunia-untuk-BCA/diunduhpadatanggal 11 Desember 2012 jam 14.32

Merah Jambu

aku membuat diriku malu dengan diriku
karena merah jambu
apakah merah jambu begitu….
begitu feminin?
apakah merah jambu begitu bersifat perempuan?
sehingga tak baik bagiku, kawan?
merah jambu, apa ia membuatku begitu nampak berbeda?
kau yakin aku yang nampak berbeda,
atau kau yang belum memahamiku seutuhnya, kawan?
mungkin saja, merah jambu itulah aku yang sebenarnya
 
ahh merah jambu,. kau membuatku seperti bukan ‘aku’

Omong Kosong Manusia

ini hanya sekilas ucap yang belum tentu bertuan 
ada banyak kata-kata renyah terdengar yang lagi-lagi tak bertuan
di negeri ini, sayang
kau akan temui betapa banyak dari mereka yang suka bicara
bicara bukan basa-basi
bicara tidak berisi
 
kau akan liat, sayang
betapa banyak dari mereka yang jadi komentator
mengatai itu ini, membicarakan itu ini
belum lagi dibumbui sedikit bualan
agar terdengar lebih cantik dan menarik
 
kau akan tahu, sayang
bahwa di negeri ini mereka yang katanya superman
adalah para pembual omong kosong
adalah para bedebah berdasi
adalah para penipu yang membodohi
 
orang-orang bengis yang suka menggerakan jarinya,
menggulung bajunya, menampakkan kerahnya
hanyalah topeng untuk menutupi ketidakmampuannya
 
kau ingat, sayang?
ketika para penguasa berjanji manis?
merayu minta dipilih?
membagi sembako gratis?
memberi pesangon krisis?
hanya saat mereka butuh suara…
hanya saat mereka butuh rakyat menjadi mesin-mesin pemilih
 
ahhh…muak dengan omong kosong!
jangan kira para wakil rakyat pun tak demikian, sayang
mereka duduk berbaring, berkeliling dunia, memenuhi praktik hedonisme mereka
dengan apa? hah?? dengan apa?
uang rakyat.
 
muak aku dengan omong kosong!
omongan koruptor yang tak mengakui tindak korupsinya
yang menutup muka dan tersipu malu saat hakim dan polisi menindak mereka
yang menutup muka dan tersipu malu saat rakyat mencerca mereka
ahh lagi-lagi, itu pasti omong kosong!
 
sayang, mau dikemanakan omong kosong ini?

Kajian Kastrat SALAM 2012

Kajian Kepemimpinan Islam. Kajian ini dilaksanakan di perpusatakaan pusat lantai 5. Bentuk dari kajian ini seperti seminar dengan menghadirkan pembicara yang dianggap kompeten dan banyak terlibat dalam isu ini. Kajian kepemimpinan Islam ada dua bagian, yaitu kepemimpinan dalam kampus (rektor) dan kepala daerah. Kami mencoba menghadirkan pembicara yang berimbang termasuk menghadirkan pembicara yang dapat melihat dari sudut pandang Islam. Namun, minimnya informasi tentang latar belakang pembicara dan kurangnya analisis yang tajam serta masih sempitnya pengetahuan tentang tokoh yang menguasai materi, membuat kajian ini tidak se-ideal yang direncanakan. Adanya komentar mengenai kajian tersebut pun lebih kepada pembicara yang dihadirkan serta isu yang diangkat.

Hal ini dapat menjadi pembelajaran bahwa penting untuk mempelajari isu yang akan diangkat oleh kastrat Salam UI agar tidak bertentangan dengan fungsi dan ranah kerjanya (syiar Islam dan kepedulian isu keumatan). Selain itu, anak kastrat harus paham betul siapa pembicara yang dihadirkan: latar belakang, pola pikir, kecenderungan politik, dan sebagainya. Paling tidak, ia harus tau bagaimana orang umum memandang pembicara tersebut. Informasi yang berimbang pun dibutuhkan sehingga kajian yang dihadirkan dapat melihat dari berbagai sudut pandang sehingga kajian tidak dianggap ajang doktrinasi.

Selain itu, ada kajian pekanan politik Islam dari Sentra Muslim Cendekia (SMC). Kajian ini sebenarnya tidak ada dalam program kerja yang dibuat di awal tengah tahun. Namun, program kerja ini terus berjalan atas nama SMC sebagai bagian dari komunitas pemikiran Islam di bawah naungan kastrat dan ketua SALAM. Pada dasarnya komunitas pemikiran Islam ini adalah baik dan dibutuhkan. Namun, akan menjadi hal yang kurang optimal jika tidak ada sinergisasi dengan kastrat selaku departemen kajian dan aksi strategis. Bila pemikiran ada tanpa aksi, bisa jadi pincang. Bila aksi tanpa pola pemikiran dan ilmu yang baik pun akan jadi buta. Sebagaimana jika  bergerak tanpa ilmu dan berilmu tanpa amal.

Sentra Muslim Cendekia yang berfungsi menjadi wadah kajian pemikiran Islam memiliki status sebagai komunitas yang independen dan dipayungi SALAM UI. Anggota SMC bukan/ belum tentu anggota SALAM, demikian sebaliknya. Karena anggota SMC terbuka bagi mahasiswa UI lainnya. SMC bersifat independen karena kepengurusannya dapat melakukan perencanaan dan eksekusi kegiatan. Dipayungi SALAM UI berarti SALAM UI bertanggung jawab pada SMC dan begitu sebaliknya. SMC memiliki tanggung jawab untuk memberikan laporan berkala pada SALAM UI.

Komunitas ini pun hemat saya akan kurang optimal jika harus memiliki double pekerjaan –kajian dan membuat kegiatan. Artinya, perlu kerja sama tadi dengan departemen kastrat maupun departemen lain yang bersangkutan agar kajian dapat fokus dan pembuatan kegiatan pun fokus oleh masing-masing pihak. Adanya pembagian ini bukan dalam rangka mengkotak-kotakan, justru pembagian tugas yang jelas dan saling melengkapi diharapkan dapat mengoptimalkan kerja serta fungsi antarpihak.

Catatan Kadept Kastrat 2012

Menjadi bagian dari kastrat SALAM UI adalah hal baru bagi saya. Tidak diperkirakan sebelumnya bahwa saya dapat menjadi ketua departemen pada tahun 2012 dengan kondisi saya sebagai angkatan 2010 dan baru masuk aktif sebagai anggota SALAM UI. Saya harus menggantikan kepala departemen Kajian dan Aksi Strategis sebelumnya yang mengundurkan diri. Hal ini berat bagi saya karena saya menjalankan apa yang tidak saya siapkan dengan matang. Saya merasa bersalah karena menerima amanah yang saya tahu tidak bisa melakukannya secara optimal.

Berbagai pergolakan dalam diri dan organisasi muncul dengan minimalnya sumber daya yang membantu menyelesaikan. Deputi saya ada kepentingan selama enam bulan tersebut. Mereka pun masih menganggap memiliki program kerja yang sama seperti awal tahun sehingga tidak merasa harus bertanggung jawab dengan kondisi kritis ini, saat saya menggantikan.

Hadirnya Salam Muda Mandiri (SALMAN) memberikan harapan baru dan udara segar karena ada sumber daya tambahan dalam kastrat. Namun, tidak semudah itu ternyata dalam mengkoordinirnya. Program kerja yang tidak sepadat di awal, kekompakan tim Salman yang kurang, waktu kumpul yang sulit karena kuliah dan berbagai kesibukan, menambah masalah baru. Anggota kastrat Salam i5 yang sudah tidak utuh ditambah Salman yang yang butuh dijaga keberadaannya menambah beban dalam mengampu kastrat. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sudah tidak bisa mengangkat air 3 ember, masih saja ditambah menjadi 6 ember.

Yang awalnya saya pikir akan bisa menjaga sisa-sisa kastrat yang rapuh, namun justru kerobohan itu sendiri yang saya hadapi. Yang awalnya saya pikir, akan bisa mempertahankan kontribusi dalam departemen kastrat, nyatanya saya tidak berdaya dengan kondisi tersebut. Sangat buruk bagi saya. Dalam kondisi demikian, saya pun tidak bisa mengharapkan bantuan pengurus lain karena mereka pun punya tanggung jawab masing-masing. Entah kenapa pula, ketika saya meminta tolong atau bantuan pada pengurus lain dalam bentuk ide, tenaga, maupun pendampingan, saya tidak mendapat jawaban atas permintaan tersebut. Padahal akan selalu ada tuntutan memberikan performa yang baik dari saya maupun dari departemen kastrat kepada publik. Demikian juga dalam kepengurusan enam bulan ini dari ketua SALAM, pengurus lain, serta warga UI.

Bagi saya, ini adalah catatan buruk pengalaman organisasi saya. Namun, setiap kisah hidup pasti ada hikmahnya, demikian juga dengan pengalaman ini. Seorang teman pernah berkata pada saya, “Jika kastrat menghalangi kamu untuk berprestasi dan berkontribusi, tinggalkan saja”. Teman yang lain pun pernah mengatakan kepada saya, “Apa saja yang sudah kamu lakukan di kastrat? Apa kamu berkembang di sana? Kamu juga tidak melakukan apa-apa kan selama ini?” Dua hal ini membuat saya membuka mata dan membuktikan diri bahwa saya bisa berkontribusi melakukan banyak hal di kastrat. Selama enam bulan inilah saya belajar dan berusaha bangkit dari keterpurukan. Hal ini saya lakukan sebagai pertanggungjawaban saya selaku hamba Allah yang memegang amanah menjadi kadept kastrat SALAM UI 2012.

Selaku ketua departemen selama enam bulan ini saya merasa menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas ketidakberesan, ketidakstabilan, dan ketidakberjalanan fungsi departemen ini. Saya yang paling bersalah dan saya sangat menyesali keberadaan serta kinerja saya. Mungkin ini karena kualitas diri saya yang belum mencukupi, proses belajar yang kurang, atau karena komitmen yang lemah terhadap kastrat.

Kastrat yang ingin saya wujudnya sebagai kastrat SALAM UI yang membumi -mengajak publik lebih aware terhadap isu keumatan- belum bisa dikatakan berhasil atau tidak hanya dari segi hasil. Bila ingin mengetahui hasil awareness publik apakah meningkat atau tidak dengan kastrat sekarang, perlu dilakukan penelitian menggunakan alat ukur tertentu. Namun, dari segi proses ‘pembumian’ itu, saya merasa belum optimal/ belum berhasil. Alasannya adalah saya belum merasa memberikan informasi mengenai isu keumatan pada sivitas secara intensif, belum melakukan pendekatan dengan publik secara personal maupun lembaga dalam rangka pencerdasan isu pada sivitas, dan belum melakukan sinergisasi kepada seluruh LDF, terutama yang memiliki departemen kajian strategis (FISIP, FE, FIK, FORMASI, FUKI, dsb).

Semoga pengalaman buruk atas kegagalan saya ini akan memicu saya melakukan hal-hal yang lebih baik di lain tempat dan di lain waktu. Cukup saya yang mengalaminya, semoga ke depan departemen kastrat kembali menjadi garda terdepan dalam pengawalan dan pemberitaan isu keumatan secara masif. Semoga pengalaman ini dapat memotivasi saya untuk terus belajar, mengenal, dan mencintai amanah yang diberikan pada saya. Saya percaya akan ada generasi pengganti yang lebih baik dari generasi saya. Bergerak atau tergantikan, nampaknya menjadi slogan yang patut diaktifkan untuk memotivasi saya dan departemen ini untuk terus bergerak meningkatkan kapasitas diri serta bergerak tanpa lelah untuk kepentingan umat ini.

Karena Lama di Luar Fakultas

Tahun ini, sudah emmasuki tahun ketiga saya kuliah di universitas Indonesia. Mestinya saya sangat bersyukur dengan semua yang saya dapatkan. Alhamdulillah, Allah banyak memberikan kemudahan dan kebahagiaan pada saya selama di sini. Saya berkuliah di fakultas Psikologi dan tinggal di asrama mahasiswa UI di tahun pertama dan kedua kuliah saya. Ya, saya anak UI, anak asrama UI, yang sedang berkuliah di Fakultas Psikologi.

Mungkin tidak aneh bagi kebanyakan orang status ini. Namun, barangkali memang ada yang lebih banyak menyebut dirinya anak Fakultas (bla bla bla) yang termasuk dalam bagian kampus UI dan sedang tinggal di (bla bla bla). Berbedakah? Ya, berbeda pada titik tekannya. Saya merasa include dalam grup UI yang lebih luas, bukan fakultas saya. Mengapa?

Saya rasa, memiliki teman-teman di luar fakultas itu lebih asik dan lebih luas. Namun memang hal ini dipengaruhi oleh aktivitas saya di tahun pertama dan kedua yang lebih banyak di tingkat universitas. Sehingga berdampak pada personal space dan belongingness atas fakultas saya sendiri. Oleh karena itu, di tahun ketiga ini saya berusaha bisa include pada fakultas saya. Semoga tidak terlambat.

Belongingness (rasa memiliki) ini penting. Ketika kita punya rasa memiliki terhadap sesuatu, kita bisa lebih ‘rela berkorban’ dan melakukan apapun untuknya. Bisa jadi, ketika saya memiliki rasa tersebut, saya akan lebih betah di fakultas, kenal dengan lebih banyak orang secara personal dan mendalam, lebih mengenal medan (fakultas), dan sebagainya. Namun memang, tidak bisa menjamin pengalaman saya sama dengan sekarang.

Setiap hal akan selalu punya dampak postif dan negatif. Tinggal bagaimana kita bisa memilih dan bersedia untuk menerima setiap konsekuensi tersebut. Semangat Fat!